Dulu Aku Merasa Ia Penyebab Keluargaku Hancur, Tapi Yang Mama Tiriku Tinggalkan Setelah Ia Pergi Membuatku Menangis

Ketika itu, aku masih belum memahami banyak tentang
keluarga. Aku merasa bahwa mama tiriku sudah merusak segalanya dan aku
membencinya tanpa memikirkan bagaimana perasaan dia. Bahkan aku pernah membuang
kucing peliharaannya ke sebuah sungai. Dia menangis seharian karena tidak juga
ketemu.
Tapi kalau dipikir, hari-hari mama tiriku juga tidak
terlalu bahagia. Tidak ada satu orang pun yang peduli pada dia bahkan
saudara-saudara kami. Dia tidak memiliki teman ngobrol yang bisa diajak
berbagi. Papa dan mama tiriku juga tak memiliki anak. Ini membuat keadaan
menjadi lebih buruk. Dia dan papa dicela oleh saudara-saudara kami.
Setelah papa dan mama tiriku menikah, aku masih sering
menghubungi mama kandungku. Dia sudah menikah juga namun mama tak pernah datang
melihatku. Itu karena dia sibuk dan memiliki keluarga sendiri.
Waktu pun berlalu, aku akhirnya menjadi dewasa, menikah
dan memiliki anak. Aku sibuk dan kurang memahami mengurus anak sehingga aku
meminta tolong kepada mama kandungku supaya datang membantuku tapi dia menolak.
Dia bilang bahwa dia ingin menjaga cucu dari anaknya dengan suami baru.
Aku merasa sangat sedih. Aku tidak dipedulikan. Aku menelpon mama tiriku dan meminta dia untuk menemani aku. Dia langsung datang tanpa basa-basi.
Aku merasa sangat sedih. Aku tidak dipedulikan. Aku menelpon mama tiriku dan meminta dia untuk menemani aku. Dia langsung datang tanpa basa-basi.
Mama tiriku tak pernah lahirkan anak sehingga aku
berpikir bahwa dia tidak memiliki pengetahuan tentang hal ini. Di rumahku, dia
sering menggunakan komputer untuk menuliskan sesuatu namun aku tidak tahu apa
yang dia tuliskan. Meskipun mama tiriku tidak memahami soal melahirkan mengurus
anak setelah kelahiran, tapi terus terang kehadirannya sangat membantuku
menyelesaikan semuanya.
Setelah dia menjaga kami 2 bulan lamanya, mama tiriku
pamit pulang. Aku ingin memberinya hadiah sebagai tanda terima kasih tapi dia
menolaknya. Dia bahkan menolak saat aku mengantarkan ke stasiun kereta. Dia hanya berpesan
agar aku menjaga diri dengan baik. Tiba-tiba, aku merasa sangat terharu. Aku menyesal
dengan apa yang telah aku perbuat kepadanya selama ini.
Suatu saat, ketika aku sedang santai, aku membuka
komputer dan membuka data yang ada di sana. Isinya adalah hal-hal yang harus
aku perhatikan pada bulan-bulan pertama mengurus anak, makanan apa saja yang harus aku jaga
supaya aku sehat, dan kebiasaan apa saja yang harus aku lakukan supaya
kehidupanku tambah baik. Buatku, tulisan-tulisan itu bukanlah tulisan yang
biasa namun tulisan cinta kasih yang tulus dari mama tiri.
Setelah itu, aku mengobrol dengan papa. Dari papa, barulah aku
tahu mama tidak melahirkan anak karena dia tidak ingin membuat aku kecewa dan
merasa sakit. Dia memutuskan tidak punya anak supaya bisa fokus pada
pertumbuhanku. Ketika itu, aku langsung menangis. Aku tidak menyangka ia lebih peduli dengan diriku ketimbang kebahagiaan dirinya sendiri.
Aku meminta papa supaya mengantar aku ke rumahnya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung memeluk dia dan mengeluarkan kata-kata yang selama ini tidak pernah terucap. “Mama..!”
Aku meminta papa supaya mengantar aku ke rumahnya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung memeluk dia dan mengeluarkan kata-kata yang selama ini tidak pernah terucap. “Mama..!”