Bocah 8 Tahun Ini Harus Korbankan Nyawa Demi Sang Adik, Bukannya Sedih, Ia Bilang Begini Hingga Bikin Semua Orang Terenyuh
Bocah
8 tahun korban nyawa untuk sang adik, Misterikisah.com ~ Anda tentu pernah mendengar istilah buah simalakama. Yang diartikan pilihan yang begitu sulit. Inilah yang terjadi kepada salah satu orangtua ini.
Mereka harus memilih 1 dari antara 2 orang anak untuk hidup dan yang lainnya meninggal. Ya jika dirasakan sangat berat dan pasti seperti berada di neraka.
Mereka harus memilih 1 dari antara 2 orang anak untuk hidup dan yang lainnya meninggal. Ya jika dirasakan sangat berat dan pasti seperti berada di neraka.
Jika akhirnya orangtua memilih salah 1, mereka pasti akan
hidup dalam penyesalan seumur hidup mereka.
Baru-baru ini ada seorang anak berumur 8 tahun, sebut
saja namanya Andi. Ia divonis dokter menderita penyakit liver yang dikenal dengan nama
sirosis. Andi juga memiliki seorang adik kecil yang baru berumur 1 tahun. Selama 1
tahun terakhir, orangtua Andi menghabiskan banyak uang demi pengobatan Andi.
Tapi saat kondisi Andi mulai membaik, ternyata adiknya juga terserang penyakit
yang sama. Sedangkan harta benda milik orangtuanya miliki tidak banyak.
Pengobatan keduanya memerlukan biaya yang sangat besar, sementara mereka tidak punya uang yang
cukup untuk mengobati kedua anak mereka. Setelah dokter memeriksa kondisi
mereka, dokter mengatakan kalau kemungkinan si adik untuk sembuh lebih besar
dibandingkan dengan Andi, karena penyakit yang diderita oleh si adik masih baru
tahap awal
Orangtua Andi harus membuat pilihan. Ini bukanlah pilihan
yang mudah. Setiap hari orang tua Andi harus hidup di dalam pilihan yang
menghantui mereka ini. Akhirnya setelah pertimbangan yang sangat panjang,
mereka memutuskan untuk mengobati sang adik.
Andi yang baru berumur 8 tahun itu tidak marah ataupun
sedih. Dia bahkan dengan tenang berkata supaya adiknya hidup. Dia hanya punya
beberapa harapan yang dia harap bisa terkabul sebelum dia pergi
Sang ibj yang melihat hal ini tidak bisa berbuat apa-apa
selain menemani putranya yang masih kecil itu untuk mewujudkan impiannya satu persatu.
Pertama, Andi ingin melihat tempat dia dan orangtuanya pernah menanam labu dulu. Tempat itu sekarang sudah menjadi lapangan yang sangat besar. Tentu saja pohon labu yang pernah ditanam mereka masih ada. Andi ingin memetik buahnya, tapi sayang, pohon itu tidak hanya belum berbuah, bahkan berbunga pun belum. Andi sedih, begitu juga dengan sang ibu, tapi dia tetap tidak menangis
Pertama, Andi ingin melihat tempat dia dan orangtuanya pernah menanam labu dulu. Tempat itu sekarang sudah menjadi lapangan yang sangat besar. Tentu saja pohon labu yang pernah ditanam mereka masih ada. Andi ingin memetik buahnya, tapi sayang, pohon itu tidak hanya belum berbuah, bahkan berbunga pun belum. Andi sedih, begitu juga dengan sang ibu, tapi dia tetap tidak menangis
Kemudian Andi ingin mengunjungi sekolahnya, bertemu
sekali lagi dengan teman-teman dan guru-gurunya. Tapi sayangnya saat itu mereka
sedang dalam masa liburan. Andi yang dirawat lama di rumah sakit tidak pernah
tahu hal itu.
Tapi dia tetap tidak kecewa, Andi hanya membayangkan masa-masa dia sekolah dulu. Ibu yang menemani Andi kemudian menangis, memeluk Andi dan berkata supaya dia tidak mengejar impian-impiannya lagi. Sang ibu tidak mau Andi kecewa karena tak bisa mendapat apa yang dia impikan. Ibunya sedih sekali saat membayangkan masa-masa dimana Andi selesai menyelesaikan impian-impiannya kemudian meninggal
Tapi dia tetap tidak kecewa, Andi hanya membayangkan masa-masa dia sekolah dulu. Ibu yang menemani Andi kemudian menangis, memeluk Andi dan berkata supaya dia tidak mengejar impian-impiannya lagi. Sang ibu tidak mau Andi kecewa karena tak bisa mendapat apa yang dia impikan. Ibunya sedih sekali saat membayangkan masa-masa dimana Andi selesai menyelesaikan impian-impiannya kemudian meninggal
Andi kemudian mendengarkan kata-kata orangtuanya, tapi
dia tetap ingin mengabulkan impiannya yang terakhir. Di masa-masa ini, mama
papanya membelikan banyak mainan lilin. Banyak hal yang mereka buat
bersama-sama dibalik air mata kesedihan yang terus menetes, mengingat waktu
Andi sudah tidak lama lagi.
Suatu hari, ada seorang nenek tua yang tinggal di dekat
rumah Andi datang berkunjung. Saat tahu kondisi Andi, nenek ini menangis sambil
memeluk Andi.
Andi yang tetap kuat kemudian menghibur nenek dan menghapus air matanya sambil berkata, “Nenek, jangan sedih lagi ya. Ini mungkin terakhir kalinya aku bisa hapus air mata nenek. Kalau nenek nangis lagi, nanti tak ada yang menghapus air mata nenek”.
Selesai Andi berkata, tangisan kemudian meledak di ruang tamu
Andi yang tetap kuat kemudian menghibur nenek dan menghapus air matanya sambil berkata, “Nenek, jangan sedih lagi ya. Ini mungkin terakhir kalinya aku bisa hapus air mata nenek. Kalau nenek nangis lagi, nanti tak ada yang menghapus air mata nenek”.
Selesai Andi berkata, tangisan kemudian meledak di ruang tamu
Hari demi hari, keadaan Andi memburuk dan dia harus
dilarikan ke rumah sakit. Tapi sayangnya, si kecil yang berumur 8 tahun ini
tidak berhasil diselamatkan hanya karena keadaan ekonomi orangtuanya yang tidak
memadai. Sampai akhir, impian terakhir Andi untuk menjadi kakak yang baik bagi
adiknya tetap tidak terwujud.
Di dunia ini, tidak seharusnya ada anak-anak yang seperti Andi, meninggal hanya karena keadaan ekonomi yang tidak memadai. Mari kita perangi supaya tidak ada lagi Andi Andi yang lain. [Misterikisah/ Crp]
Di dunia ini, tidak seharusnya ada anak-anak yang seperti Andi, meninggal hanya karena keadaan ekonomi yang tidak memadai. Mari kita perangi supaya tidak ada lagi Andi Andi yang lain. [Misterikisah/ Crp]
Loading...